Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 05 September 2018

hakekat keilmuan

PENELITIAN METODE ILMIAH
A.    Hakikat Keilmuan
1.      Pengertian Keilmuan
a.        Ilmu
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang suatu objek, termasuk di dalamnya ilmu, tetapi tidak semua pengetahun dapat disebut ilmu. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang ilmu, namun belum terdapat perumusan yang baku dan seragam, karena mereka meninjau dari sisi yang berbeda. Berikut adalah pengertian ilmu dari beberapa sumber :
1)        Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar.  Kata ilmu (science) berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang berarti “to know”, atau mengetahui. Apabila arti secara etimologi ini diterima, maka ilmu adalah sama dengan pengetahuan (knowledge).
2)        Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki pengertian, yaitu: Ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3)        Fisher dalam buku  Yusuf (2014:11) menyatakan bahwa ilmu berasal dari kata wissenschcaft dalam bahasa Jerman yang berarti pengetahuan tersusun dan menurut sistem tertentu.
4)        Campbell menyatakan bahwa ilmu itu dapat digambarkan dalam dua bentuk : (a) ilmu adalah “body” dari pengetahuan yang berguna dan dapat dipraktikkan dan ada metode untuk menemukan pengetahuan tersebut; (b) ilmu adalah suatu aktivitas intelektual murni (Yusuf, 2014:11).
5)        Selanjutnya Kemany menyatakan ilmu adalah semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode keilmuan (scientific method).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu itu mempunyai ciri khas dibandingkan dengan pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara khusus, yaitu metode keilmuan. Ilmu mempunyai keterbatasan dalam objeknya, yaitu dalam batas kemampuan pancaindra manusia sehingga berada dalam jangkauan pandangan dan pengalaman manusia. Ilmu dapat pula dibedakan dari pengetahuan berdasarkan apa objeknya (ontologi), bagaimana mendapatkannya (epistemologi), dan untuk apa (nilai) ilmu itu (axiologi).
2.      Ontologi
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi (1997:69) ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ontologi berupaya mengetahui tentang hakekat sesuatu. Ontologi ini dibatasi adanya mutlak, keterbatasan, umum dan khusus. Dalam ontologi melihat suatu realita sebagai suatu perwujudan menampakkan diri sebagai suatu “tubuh”satu eksistensi sehingga dapat dikatakan ontologi merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.  Jadi dapat dikatakan ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being).  Cakupan ontologi ini kadang-kadang dibedakan antara metafisika dengan kosmologi. Metafisika kadang-kadang disebut juga ontologi itu sendiri, hakekat yang diselidiki oleh metafisika ialah hakekat realita, menjangkau sesuatu dibalik realita. Artinya berbeda dengan cara mengerti realita dalam arti pengalaman sehari-hari. Sebab, metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya. Kosmologi memusatkan perhatiannya kepada realita kosmos, yakni keseluruhan sistem semesta raya. Kosmologi meliputi baik realita yang khusus maupun umum, universal. Jadi kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata, dalam arti alam fisis yang material.
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu.
3.        Epistimologi
Epistimologi berasal dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistimologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi (1997:69) Epistemologi ialah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Sehingga dapat dikatakan epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas validitas dan hakekat pengetahuan
Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistemologi didifenisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni pengetahuan (Dardini, 1986:18). Dalam Kamus Webster disebutkan bahwa epistemologi merupakan  “Teori ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan kalu epistemologi ini melihat hakiki sebuah ilmu.
Menurut Sidharta (2008:77), “Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesalihan pengetahuan”. Persoalan dalam epistemologi adalah bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh? Dan bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai? Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang sudah disebutkan. Kumpulan data tidak memiliki arti apa-apa tanpa adanya proses dan prosedur yang memiliki standar ilmiah.
4.      Aksiologi
Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan, apakah yang baik atau bagus itu (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 1997: 69). Defenisi lain mengatakan aksiologi adalah sesuatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian anak (Ibid dalam Jalaluddin dan Abdullah Idi,1997: 69). Jadi dalam aksiologi menyelidiki nilai-nilai. Brameld membedakan tiga bagian dalam aksiologi ini sebagai berikut:
a.         Moral conduct, tindak moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu ethica
b.        Esthetic expression, ekpresi keindahan; yang melahirkan esthetika
c.         Socio-political life, kehidupan sosio politik, bidang ini melahirkan ilmufilsafat sosial politik.
            Dalam Enyclopedia of philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation: nilai, digunakan sebagai katabenda abstrak, nilai sebagai katabenda konkret, dan nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai, dan dinilai.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana.
B.       Etika Penelitian
1.        Definisi Etika Penelitian
Etika berasal dari bahasan Yunani ”Ethos”, yaitu kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat, refleksi filsafati atas moralitas masyarakat. Konteks filsafat adalah refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral.
David B. Resnik, J.D, Ph.D dalam “What is Ethics in Research and Why is it Important?”, mendefinisikan etika sebagai metode, prosedur dan perspektif yang digunakan untuk bertindak dan menganalisa sebuah permasalahan kompleks. Etika penelitian merupakan suatu sikap dan acuan yang haruslah dijunjung tinggi dalam melakukan suatu penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Etika penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma – norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada prinsip – prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip – prinsip etika penelitian.

2.      Butir-butir Etika Penelitian
a.         Kejujuran  
 Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil.  Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.  Hargai rekan peneliti, jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.
b.        Obyektivitas  
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana / sponsor penelitian.
c.         Integritas 
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis, upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan
d.        Ketelitian 
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian;  secara teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan.  Catat juga  alamat korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.
e.         Keterbukaan 
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian.  Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
f.         Penghargaan terhadap Hak Atas  Kekayaan Intelektual (HAKI) 
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya.  Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin penelitinya.  Tuliskan nara sumber semua yang memberikan kontribusi pada riset Anda.  Jangan pernah melakukan plagiasi.
g.        Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)  
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia,  maka  peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.  

h.        Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang  sama berulang-ulang ke pelbagai media (jurnal, seminar).  
i.          Pembinaan yang konstruktif 
Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti pemula.Perkenankan mereka mengembangkan ide mereka menjadi penelitian yang berkualits.  
j.          Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja 
Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya.  Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author), sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)).  Urutan menunjukkan besarnya ontribusi anggota tim dalam penelitian.
k.        Tanggung Jawab Sosial  
Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat, meningkatkan taraf hidup, mudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat.  Anda juga bertanggung jawab melakukan pendampingan nagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil penelitian Anda
l.          Tidak melakukan Diskriminasi  
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
m.      Kompetensi 
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi anda sampai taraf pakar. 
n.        Legalitas 
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah yang terkait dengan penelitian Anda.  
o.        Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik 
Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus dirancang sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang perlakuan pada hewan percobaan.
p.        Mengutamakan  keselamatan Manusia  
Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan, manfaat dimaksimalkan; hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak  obyek penelitian Anda tersebut; siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel Anda menderita efek egatif penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin I.A. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mohammad Noor Syam. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Sidharta, Arief. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu. Bandung : Pustaka Sutra.
Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu dan Pengembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksionolgis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian gabungan. Padang : Prenadamedia Group.

Minggu, 31 Maret 2013

Pengaruh Kebudayaan India (Hindu-Budha) di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India  ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke  jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan.
Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain.
Sebagai generasi penerus bangsa pertama kita wajib mengetahui sejarah bangsa ini. Sehingga penyusun merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah dan pengaruh kebudayaan India di Indonesia.






1.2     Rumusan Masalah
1.        Apa saja kebudayaan India?
2.        Bagaimana awal masuknya kebudayaan India (Hindu-Budha) ke Indonesia?
3.        Bagaimana proses berkembangnya kebudayaan India (Hindu-Budha) di Indonesia?
4.        Bagaimana pengaruh kebudayaan India (Hindu-Budha) diberbagai bidang di Indonesia?
1.3          Tujuan
1.        Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang merupakan kebudayaan India.
2.        Untuk mengetahui sejarah awal masuknya kebudayaan India (Hindu-Budha) ke Indonesia.
3.        Untuk mengetahui proses berkembangnya kebudayaan India di Indonesia.
4.        Untuk mengetahui pengaruh apa saja yang disebabkan oleh kebudayaan India (Hindu-Budha) pada berbagai bidang yang ada di Indonesia.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Kebudayaan India
Budaya berasal dari kata Sansekerta yaitu “buddhayah” atau “buddhi” yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Dan melalui akalnya manusia memiliki hasil karya yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.
Kebudayaan India tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu-Budha yang berkembang di lembah sungai Indus, India. Sekitar 2000 tahun SM mulai berkembang agama Hindu dan beberapa waktu kemudian di India pula lahir budaya dan agama Budha.
Dalam kebudayaan Hindu terjadi perpaduan antara budaya Arya (kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme) ), budaya Dravida (memuja roh nenek moyang), dan budaya Munda ag (kasta-kasta). Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha yang juga ikut mempengaruhi budaya yang ada di India. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.        Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.        Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.        Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.        Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5.        Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Sedangkan agama Budha lahir  sebagai reaksi terhadap dominasi golongan Brahmana dalam ritual keagamaan. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana).
Dengan pengaruh dari agama Hindu-Budha tersebut kebudayaan masyarakat India terus mengalami perkembangan dan kemajuan seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan, terutama dalam bidang kesenian yang melahirkan kuil-kuil megah dan kitab-kitab yang memiliki nilai sastra tinggi seperti  Mahabharata dan Ramayana. Dari India inilah kemudian kebudayaan Hindu-Budha menyebar ke berbagai tempat, salah satunya Indonesia.
2.2         Masuknya kebudayaan India (Hindu-Budha) ke Indonesia.
Letak wilayah Indonesia yang strategis dan merupakan daerah penghasil rempah-rempah membuat  indonesia sering di kunjungi oleh bangsa-bangsa lain untuk melakukan perdagangan, salah satunya India. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia hanya bermaksud untuk berdagang ternyata membawa misi untuk menyebarkan agama.
Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang India tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang, para pedagang India membawa ajaran agama beserta kebudayaannya sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan mereka berpengaruh terhadap penduduk setempat. Sejak itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai masuk ke wilayah Indonesia dan terus berkembang sampai sekarang ini.
2.2.1  Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Berikut merupakan teori-terori masuknya kebudayaan Hindu ke Indonesia :


1.        Teori Brahmana
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum brahmana. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa di Nusantara untuk mengajarkan agama kepada raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan.
 Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana, karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Pendapatnya ini juga berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa,dimana bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa itu hanya dimengerti oleh para brahmana.
2.        Teori Ksatria
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum Ksatria atau para prajurit. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah  F.D.K. Bosch. Menurut Teori ksatria, jaman dulu di India sering terjadi perang. Kemudian para prajurit yang kalah banyak yang pergi meninggalkan India. Banyak diantara mereka pergi ke wilayah nusantara. Mereka inilah yang kemudian menyebarkan agama dan kebudayaan hindu di wilayah nusantara. .
3.    Teori Waisya
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia di bawa oleh para pedagang India yang berdagang di Indonesia dan kemudian mengajarkan ajaran agama Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah N.J. Krom. Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin musim.
Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan Hindu menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
4.        Teori Sudra
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.
5.        Teori Arus Balik
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia dibawa oleh para pelajar (orang Indonesia) yang belajar atau mendalami agama Hindu di India kemudian setelah mereka menempuh pendidikan. Lalu mereka pulang dan mengajarkan (menyebarluaskan) ajaran Hindu kepada penduduk setempat.
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan pengembangan  agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
2.2.2   Masuknya Kebudayaan Budha ke Indonesia
Informasi paling tua tentang keberadaan Buddhisme di Indonesia yang pada waktu itu belum begitu meluas juga didapat dari pengelana China bernama Fa Hsien (+/-337 – 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Ia menemukan banyak orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme. Namun demikian, sepertinya kondisi mulai berubah sesudah abad kelima kerena penyebaran agama Budha yang dilakukan Fa Hsien.
2.3     Berkembangnya Kebudayaan India di Indonesia
2.3.1  Berkembangnya Kebudayaan Hindu
Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia dimulai sejak ratusan tahun lalu. Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia dimulai dengan lahirnya kerajaan-kerajaan Hindu. dimulai dari Kerajaan Kutai  pada abad ke-4. Kemudian Kerajaan Tarumanagara (358–669), Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11), Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752–1045), Kerajaan Sunda (932–1579), Kerajaan Kediri (1045–1221), Kerajaan Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14), Kerajaan Singhasari (1222–1292), Kerajaan Majapahit (1293–1500), hingga Kerajaan Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15).
Sejarah panjang tersebut tentu saja memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan agama Hindu di Indonesia. Hingga saat ini, Bali merupakan pusat masyarakat beragama Hindu yang sangat terkenal hingga ke mancanegara. Keunikan budaya yang sangat erat dengan nuansa Hindu ini tetap lestari hingga saat ini dan menjadi salah satu aset parwisata andalan Indonesia.
Selain itu, berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga telah meninggalkan jejak sejarah yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi wisata sejarah yang sangat menarik untuk disaksikan. Candi-candi yang ada di Indonesia merupakan bentuk warisan sejarah Hindu yang merupakan bukti berdirinya  kejayaan Hindu di Indonesia.
Memang, sejarah panjang perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah, budaya, dan pariwisata Indonesia. Bahkan, budaya Jawapun memiliki kaitan erat dengan sejarah kerajaan Hindu yang pernah berjaya.  Beberapa nama-nama raja dan kerajaan, seperti Airlangga, Udayana, dan Brawijaya menjadi nama universitas terkemuka di Indonesia.
2.3.2  Perkembangan Kebudayaan Budha
            Proses berkembangnya agama Budha juga dimulai dengan lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Budha. Salah satu kerajaan Budha terbesar di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya yang merupakan masa keemasan agama Budha. Bahkan Sriwijaya menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha disana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan.
2.4     Pengaruh kebudayaan India (Hindu-Budha) di Indonesia
a.         Bidang kepercayaan atau agama
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
            Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
            Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India
b.        Bahasa
            Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sanskerta.
c.         Organisasi sosial kemasyarakatan
            Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.
d.        Bidang Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta sudra.
e.         Sistem pengetahuan
            Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
f.         Teknologi
            Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
g.        Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan seni pertunjukan.
1.      Seni rupa
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-relief cerita sang Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang relief-relief tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di provinsi Riau.
2.      Seni sastra
Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki nilai sastra yang tinggi.
3.      Seni bangunan
Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi. Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yang berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah candi.
4.      Seni Pertunjukkan
Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India.

















BAB III
PENUTUP
3.1.        Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.        Letak Indonesia yang strategis dan penghasil rempah-rempah membuat Indonesia dikunjungi bangsa asing yang berniat berdagang sekaligus menyebarkan agama.
2.        Berkembangnya kebudayaan India (Hindu-Budha) ditandai dengan berdirinya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha.
3.        Hadirnya kebudayaan India menambah keanekaragaman budaya di Indonesia.
4.        Kebudayaan India mempengaruhi banyak aspek kehidupan di Indonesia diantaranya : bidang kepercayaan atau agama, bahasa, organisasi sosial kemasyarakatan, bidang sosial, system pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3.2     Saran

1.       Kita sebagai generasi muda hendaknya melestarikan budaya dan peninggalan sejarah.
2.       Sebagai negara yang mempunyai posisi strategis yang sering mendapat pengaruh kebudayaan asing hendaknya kita mampu memfilter sehingga kebudayaan asli Indonesia itu sendiri tidak hilang.
3.       Sebagai warga Negara yang cinta pada tanah air, hendaknya kita mampu menerapkan nilai-nilai budaya yang positif agar bangsa kita ini menjadi bangsa yang berkarakter.





DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli, dkk. (2009). Konsep Dasar IPS. Pekanbaru: Cendikia Insani.
buddha.html.