Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 05 September 2018

hakekat keilmuan

PENELITIAN METODE ILMIAH
A.    Hakikat Keilmuan
1.      Pengertian Keilmuan
a.        Ilmu
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang suatu objek, termasuk di dalamnya ilmu, tetapi tidak semua pengetahun dapat disebut ilmu. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang ilmu, namun belum terdapat perumusan yang baku dan seragam, karena mereka meninjau dari sisi yang berbeda. Berikut adalah pengertian ilmu dari beberapa sumber :
1)        Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar.  Kata ilmu (science) berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang berarti “to know”, atau mengetahui. Apabila arti secara etimologi ini diterima, maka ilmu adalah sama dengan pengetahuan (knowledge).
2)        Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki pengertian, yaitu: Ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3)        Fisher dalam buku  Yusuf (2014:11) menyatakan bahwa ilmu berasal dari kata wissenschcaft dalam bahasa Jerman yang berarti pengetahuan tersusun dan menurut sistem tertentu.
4)        Campbell menyatakan bahwa ilmu itu dapat digambarkan dalam dua bentuk : (a) ilmu adalah “body” dari pengetahuan yang berguna dan dapat dipraktikkan dan ada metode untuk menemukan pengetahuan tersebut; (b) ilmu adalah suatu aktivitas intelektual murni (Yusuf, 2014:11).
5)        Selanjutnya Kemany menyatakan ilmu adalah semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode keilmuan (scientific method).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu itu mempunyai ciri khas dibandingkan dengan pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara khusus, yaitu metode keilmuan. Ilmu mempunyai keterbatasan dalam objeknya, yaitu dalam batas kemampuan pancaindra manusia sehingga berada dalam jangkauan pandangan dan pengalaman manusia. Ilmu dapat pula dibedakan dari pengetahuan berdasarkan apa objeknya (ontologi), bagaimana mendapatkannya (epistemologi), dan untuk apa (nilai) ilmu itu (axiologi).
2.      Ontologi
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi (1997:69) ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ontologi berupaya mengetahui tentang hakekat sesuatu. Ontologi ini dibatasi adanya mutlak, keterbatasan, umum dan khusus. Dalam ontologi melihat suatu realita sebagai suatu perwujudan menampakkan diri sebagai suatu “tubuh”satu eksistensi sehingga dapat dikatakan ontologi merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.  Jadi dapat dikatakan ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being).  Cakupan ontologi ini kadang-kadang dibedakan antara metafisika dengan kosmologi. Metafisika kadang-kadang disebut juga ontologi itu sendiri, hakekat yang diselidiki oleh metafisika ialah hakekat realita, menjangkau sesuatu dibalik realita. Artinya berbeda dengan cara mengerti realita dalam arti pengalaman sehari-hari. Sebab, metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya. Kosmologi memusatkan perhatiannya kepada realita kosmos, yakni keseluruhan sistem semesta raya. Kosmologi meliputi baik realita yang khusus maupun umum, universal. Jadi kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata, dalam arti alam fisis yang material.
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu.
3.        Epistimologi
Epistimologi berasal dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistimologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi (1997:69) Epistemologi ialah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Sehingga dapat dikatakan epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas validitas dan hakekat pengetahuan
Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistemologi didifenisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni pengetahuan (Dardini, 1986:18). Dalam Kamus Webster disebutkan bahwa epistemologi merupakan  “Teori ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan kalu epistemologi ini melihat hakiki sebuah ilmu.
Menurut Sidharta (2008:77), “Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesalihan pengetahuan”. Persoalan dalam epistemologi adalah bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh? Dan bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai? Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang sudah disebutkan. Kumpulan data tidak memiliki arti apa-apa tanpa adanya proses dan prosedur yang memiliki standar ilmiah.
4.      Aksiologi
Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan, apakah yang baik atau bagus itu (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 1997: 69). Defenisi lain mengatakan aksiologi adalah sesuatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian anak (Ibid dalam Jalaluddin dan Abdullah Idi,1997: 69). Jadi dalam aksiologi menyelidiki nilai-nilai. Brameld membedakan tiga bagian dalam aksiologi ini sebagai berikut:
a.         Moral conduct, tindak moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu ethica
b.        Esthetic expression, ekpresi keindahan; yang melahirkan esthetika
c.         Socio-political life, kehidupan sosio politik, bidang ini melahirkan ilmufilsafat sosial politik.
            Dalam Enyclopedia of philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation: nilai, digunakan sebagai katabenda abstrak, nilai sebagai katabenda konkret, dan nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai, dan dinilai.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana.
B.       Etika Penelitian
1.        Definisi Etika Penelitian
Etika berasal dari bahasan Yunani ”Ethos”, yaitu kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat, refleksi filsafati atas moralitas masyarakat. Konteks filsafat adalah refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral.
David B. Resnik, J.D, Ph.D dalam “What is Ethics in Research and Why is it Important?”, mendefinisikan etika sebagai metode, prosedur dan perspektif yang digunakan untuk bertindak dan menganalisa sebuah permasalahan kompleks. Etika penelitian merupakan suatu sikap dan acuan yang haruslah dijunjung tinggi dalam melakukan suatu penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Etika penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma – norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada prinsip – prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip – prinsip etika penelitian.

2.      Butir-butir Etika Penelitian
a.         Kejujuran  
 Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil.  Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.  Hargai rekan peneliti, jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.
b.        Obyektivitas  
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana / sponsor penelitian.
c.         Integritas 
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis, upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan
d.        Ketelitian 
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian;  secara teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan.  Catat juga  alamat korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.
e.         Keterbukaan 
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian.  Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
f.         Penghargaan terhadap Hak Atas  Kekayaan Intelektual (HAKI) 
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya.  Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin penelitinya.  Tuliskan nara sumber semua yang memberikan kontribusi pada riset Anda.  Jangan pernah melakukan plagiasi.
g.        Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)  
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia,  maka  peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.  

h.        Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang  sama berulang-ulang ke pelbagai media (jurnal, seminar).  
i.          Pembinaan yang konstruktif 
Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti pemula.Perkenankan mereka mengembangkan ide mereka menjadi penelitian yang berkualits.  
j.          Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja 
Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya.  Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author), sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)).  Urutan menunjukkan besarnya ontribusi anggota tim dalam penelitian.
k.        Tanggung Jawab Sosial  
Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat, meningkatkan taraf hidup, mudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat.  Anda juga bertanggung jawab melakukan pendampingan nagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil penelitian Anda
l.          Tidak melakukan Diskriminasi  
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
m.      Kompetensi 
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi anda sampai taraf pakar. 
n.        Legalitas 
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah yang terkait dengan penelitian Anda.  
o.        Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik 
Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus dirancang sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang perlakuan pada hewan percobaan.
p.        Mengutamakan  keselamatan Manusia  
Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan, manfaat dimaksimalkan; hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak  obyek penelitian Anda tersebut; siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel Anda menderita efek egatif penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin I.A. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mohammad Noor Syam. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Sidharta, Arief. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu. Bandung : Pustaka Sutra.
Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu dan Pengembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksionolgis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian gabungan. Padang : Prenadamedia Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar